Beranda | Artikel
Jangan Letakkan Dunia di Hatimu - Syaikh Khalid Ismail #NasehatUlama
Rabu, 15 Juni 2022

Jangan Letakkan Dunia di Hatimu – Syaikh Khalid Ismail #NasehatUlama

Meraih puncak peribadatan adalah perkara yang agung, tidak seperti yang kita sangka. Kita salat, berzikir kepada Allah, dan puasa, tapi mungkin tidak merasakan khusyuk dalam hati kita. Kita memohon keselamatan dan kebaikan kepada Allah Ta’ālā.

Renungkan, bagaimana pikiran seperti ini terlintas dalam salat, tentang emas, bagaimana bisa mengganggu hati Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, hingga beliau cepat-cepat keluar dan terburu-buru untuk segera melepaskan diri darinya, lalu beliau bersabda, “Aku tidak suka emas itu menahan diriku.” (HR. Muslim) “menahan diriku” yaitu menahan hati dari khusyuk menghadap Allah. Mahasuci Allah!

Inilah sebabnya, salah seorang sahabat Nabi—semoga Allah meridai mereka—berkata, “Aku berlindung kepada Allah dari terpecahnya fokus atau kacaunya hati.” Mereka bertanya, “Bagaimana itu?” Dia berkata, “Ketika kamu sudah punya harta di setiap lembah.” artinya, ketika seseorang sudah memiliki banyak harta dunia hingga kacau hatinya karena memikirkannya, dia sibuk memikirkan bangunannya, pertaniannya, dan perniagaannya berpikir dan terus berpikir, tak pernah selesai, sampai saat berdiri dalam salatnya pun masih memikirkannya. Hal itu mengganggunya, karena beginilah tabiat manusia.

Wahai Saudaraku, hati manusia disebut “qalbu” karena ‘taqallub’ (berbolak-balik), dan setan menjadikannya jalan untuk memasukkan was-was. Namun, ini hanya terjadi pada hati yang sudah mencintai dunia dan terkait dengannya. Adapun orang mukmin yang mengetahui hakikat dunia dan kerendahannya, yang tidak bernilai, terbatas hari-harinya, dan semua yang ada padanya pasti sirna. “Semua yang ada padanya akan binasa, dan wajah Tuhanmu yang memiliki keagungan dan kemuliaan yang kekal.” (QS. Ar-Rahman: 26 – 27)

Berapa pun banyak dan melimpah harta benda dan perniagaan seseorang, akan tetapi hatinya tidak terikat dengan dunia. Abu Bakar—semoga Allah meridainya—adalah pedagang. Utsman—semoga Allah meridainya—juga pedagang. Tidak masalah! Masalahnya adalah jika hati sudah terkait. Dunia tidak ada di hati para sahabat Nabi—semoga Allah meridai mereka— tapi dunia hanya ada di tangan mereka, bukanlah di hati. Namun, hari ini, keadaannya terbalik.

======================================================================================================

هَذِهِ الْعُبُودِيَّةُ تَحْقِيقُهَا أَمْرٌ عَظِيمٌ

لَيْسَ كَمَا… نَظُنُّ نَحْنُ

نَحْنُ نُصَلِّي وَنَذْكُرُ اللهَ وَنَصُومُ

وَرُبَّمَا مَا نَشْعُرُ بِالْخُشُوعِ فِي قُلُوبِنَا

نَسْأَلُ اللهَ تَعَالَى السَّلَامَةَ وَالْعَافِيَةَ

تَأَمَّلْ كَيْفَ أَنَّ مِثْلَ هَذَا الْفِكْرِ الَّذِي يَصِيرُ فِي الصَّلَاةِ

فِي الذَّهَبِ كَيْفَ كَدَّرَ قَلْبَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

فَخَرَجَ فَزِعًا مُسْرِعًا بَعْدَ الصَّلَاةِ لِيَتَخَلَّصَ مِنْهُ

وَقَالَ: كَرِهْتُ أَنْ يَحْبِسَنِي

يَحْبِسَنِي- يَحْبِسُ قَلْبِي عَلَى الْإِقْبَالِ عَلَى اللهِ

سُبْحَانَ اللهِ

وَلِهَذَا كَانَ بَعْضُ الصَّحَابَةِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ يَقُولُ

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ تَفْرِقَةِ الْهَمِّ أَوْ تَفْرِقَةِ الْقَلْبِ

قَالُوا: وَكَيْفَ ذَلِكَ؟

قَالَ: أَنْ يَكُونَ لَكَ فِي كُلِّ وَادٍ مَالٌ

يَعْنِي رُبَّمَا يَكْثُرُ مَتَاعُ الدُّنْيَا عَلَى الْإِنْسَانِ

فَيَتَفَرَّقُ قَلْبُهُ فِيهِ

يُفَكِّرُ فِي بِنَايَتِهِ فِي مَزْرَعَتِهِ وَيُفَكِّرُ فِي تِجَارَتِهِ

يُفَكِّرُ يُفَكِّرُ مَا يَنْتَهِي التَّفْكِيرُ

حَتَّى إِذَا قَامَ فِي صِلَاتِهِ يُفَكِّرُ فِي هَذِهِ الْأُمُورِ

تَهْجُمُ عَلَيْهِ وَهَذَا مِنْ طَبْعِ الْإِنْسَانِ

الْإِنْسَانُ يَا إِخْوَةُ قَلْبُهُ مَا سُمِّيَ قَلْبًا إِلَّا مِنْ تَقَلُّبِهِ

وَالشَّيْطَانُ جُعِلَ لَهُ السَّبِيلُ فِي الْوَسْوَسَةِ

لَكِن هَذَا إِنَّمَا يَكُونُ فِي الْقَلْبِ

إِذَا أَحَبَّ الدُّنْيَا وَتَعَلَّقَ بِهَا

أَمَّا الْمُؤْمِنُ الَّذِي عَرَفَ حَقِيقَاتِ الدُّنْيَا وَحَقَارَتَهَا

وَأَنَّهَا لَا شَيْءَ أَيَّامٌ مَعْدُودَةٌ وَكُلُّ مَا فِيهَا يَذْهَبُ

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ

وَيَبْقَى ٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

فَمَهْمَا كَثُرَ مَالُهُ وَكَثُرَ مَتَاعُهُ وَكَثُرَتْ تِجَارَتُهُ

لَا يَتَعَلَّقُ الْقَلْبُ بِهَا

أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَانَ تَاجِرًا

عُثْمَانُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَانَ تَاجِرًا

مَا يَمْنَعُ لَكِن الْمُشْكِلَةُ فِي تَعَلُّقِ الْقُلُوبِ

الدُّنْيَا مَا كَانَتْ فِي قُلُوبِ الصَّحَابَةِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ

كَانَتْ فِي أَيْدِيِهِمْ لَيْسَتْ فِي قُلُوبِهِمْ

لَكِنَّ الْيَوْمَ انْعَكَسَتِ الْمَسْأَلَةُ

 

 


Artikel asli: https://nasehat.net/jangan-letakkan-dunia-di-hatimu-syaikh-khalid-ismail-nasehatulama/